Jumat, 27 November 2015

lirik lagu rentenir


Sabtu, 10 Oktober 2009

Skinhead !

Aku seorang pelajar SMK. Sudah beberapa tahun ini Aku sering mendengarkan lagu yang bergerak dibawah tanah. Begitu banyak ragam style yang aku temukan disana. Mulai dari lagu-lagu mellodic seperti Rosemary, Closehead; metal seperti Jasad, Bleeding Corpse; hardcore seperti Burgerkill, Outright, Gugat; skinhead seperti Under 18, Rentenir, Bulldog Brigade; emo seperti Alone at Last, Jolly Jumper; punk seperti Turtles jr, Tcukimay, Jeruji, dan masih banyak lagi. Awal mula Aku tertarik dengan musik BURGERKILL. Anjing tanah, terlilit asa, sakit jiwa, dan lain-lain sering kali mengantar tidurku. Setiap hari Aku menghabiskan waktuku di warnet hanya untuk sekedar mendapatkan tulisan Burgerkill, ataupun download lagu-lagunya. Jika banyak waktu tersisa, Aku sempatkan untuk mengunjungi beberapa gig. Tetapi beberapa bulan yang lalu Aku sempat membaca buku karangan George Marshall yang berjudul Kaum Skinhead (judul aslinya Skinhead Nation). Aku mulai tertarik dengan gaya ini. Aku selalu membayangkan “betapa gagahnya Aku bila Aku mengenakan jaket penerbang, sepatu Doc Marten, dan minum bir dengan beberapa skinhead lainnya”. Tetapi skinhead bukan berbicara tentang jaket penerbang, boot, plontos, bir, atau bahkan sepakbola. Aku mulai mengerti bahwa skinhead itu adalah sebuah Keluarga, Kaum, Bangsa, yang selalu tidak peduli dengan politik yang keparat. Beberapa kumpulan lagu band-band skinhead seperti Under 18, Rentenir, Haircuts, di computer ku hasil download dan Bluetooth dari teman-temanku. Beberapa kali aku putar lagu-lagu mereka. Dan akhirnya Cinta Di-Pur Setengah dari rentenir cukup membuatku semakin yakin bahwa skinhead itu adalah keluarga, kaum, bangsa. Sebenarya Aku masih sangat suka mendengarkan lagu-lagu deathmetal, dan hardcore. Tetapi setiap kali aku melihat layar hp ketika memutar mp3, selalu ingin ku play lagu-lagu skinhead. Jujur, aku tidak botak, aku tidak punya jaket penerbang, aku tidak punya Doc Marten, Aku tidak begitu sepak bola. Tetapi rasa kagum ku pada skinhead sangat besar. Aku tertarik pada opini masyarakat yang menganggap setiap skinhead itu Nazi. Apakah seorang TNI yang berkulit putih dan berkepala plontos layak disebut Nazi ? Bukankah dia tidak pernah melakukan sieg heil ? Aku mengakui bahwa pergerakan ruang bawah tanah di Indonesia masih sangat sempit, dan selalu dipandang sebelah mata. Coba saja kau berpakaian seperti anak punk, kau memakai tatto dan piercing, lalu nafas mu bau anggur, orang-orang akan memanggil mu preman didalam hatinya. Mengapa mereka lebih takut kepada preman? Apakah mereka tidak takut pada tkus-tikus berdasi yang haus akan hormat dan kursinya? Aku punya motto “Aku Hidup di Bawah Tanah, Tetapi Aku Tidak Akan Mengusik Ataupun Merusak Negeri Ini”. Bukannya Aku sombong, tetapi kurasa mottoku cukup bijak J. Coba kau lihat tikus-tikus berdasi yang sering mendekatkan hidungya di kamera, mereka hidup diatas tanah, tetapi mereka menggerogoti Negeri ini. Skinhead bukan penggerogot negeri ! bukan Nazi ! Bukan Rasis ! skinhead hanya skinhead. Tak ada satupun yang tahu siapa itu skinhead, bahkan seorang skinhead pun selalu dibuat bingung. Yang jelas, skinhead hanya skinhead ! keluarga yang lebih besar di Negeri ini, Kaum yang lebih banyak di benua ini, bangsa yang paling erat di jagat ini.
Setelah membaca Kaum Skinhead karya George Marshall, di negerinya, skinhead sangat benci media massa, karena selalu memandang skinhead adalah kumpulan orang-orang botak yang tolol. Bodohnya media massa itu. Mereka berkata begitu karena mereka bukan seorang skinhead. Bagaimana kau pandang seorang preman saat kau hanya seorang biasa? Kau pasti akan menilai buruk. Tapi sekarang apa yang kau pikirkan tentang seorang preman, jika kau seorang preman? Kau pasti akan bangga dengan dirimu. Sebenarnya setiap manusia itu tidak akan tahu bagaimana manusia yang lain. Apakah media massa itu Tuhan yang selalu bangga dengan cameranya? Bukan ! mereka hanya orang-orang yang tidak cukup pintar, sok tahu, menghitamkan putih, dan mencari berita untuk sarapan publik. Di Indonesia memang para wartawan sedikit sekali yang memburu berita tentang dunia underground. Tetapi di negeri skinhead sana, masih banyak skinhead yang dipandang sebelah mata oleh media massa. Bukan hanya skinhead, tetapi semua. SEMUA !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar